World Congres of Philosophy XXV, Roma

Dua utusan dari Padepokan Filosofi Yasnaya Polyana, Purwokerto bertolak ke Roma untuk menghadiri undangan Kongres Filsafat Dunia XXV (World Congres of Philosophy XXV). Setelah absen selama hampir 3 dekade, akhirnya Padepokan kembali dapat berpartisipasi dalam kegiatan filsafat bertaraf internasional itu. Terhitung sejak mengikuti kongres di Moscow Pada tahun 1993 dan menjadi member pada tahun 1996 baru sekarang momentum ini dapat kembali diikuti. 

Ashoka berfoto di depan Kremlin, Moskow saat menghadiri Kongres Filsafat Dunia ke XIX

Ashoka Siahaan selaku founder Padepokan Filosofi Yasnaya Polyana, sekaligus peserta kongres kali ini, berangkat bersama kader muda yakni Rousseau Jordan Angelo. Seperti ajaran di Padepokan, bahwa filsafat manusia yakni bisa dididik dan bisa mendidik. Berangkat bersama kader muda tentu juga menjadi bagian dari laku filsafat manusia, dan juga filsafat yang diyakini oleh Padepokan. Di lain sisi tentunya banyak hal yang ingin dicapai dalam perhelatan kongres kali ini. Selain untuk kembali mengaktivasi keanggotaannya, Kongres Filsafat Dunia ke XXV ini juga akan dijadikan ajang perjumpaan untuk berpencerahan antar manusia, antar bangsa dan tentunya antar berbagai latar belakang pemikiran yang menembus batas sekat-sekat wilayah benua maupun bangsa. Secara personal, Ashoka juga sangat merindukan sahabat lamanya yakni mantan Presiden Filsafat Dunia Ioanna Kuçuradi, selain untuk memenuhi undangannya untuk dapat kembali berjumpa, pertemuannya kali ini (jika memungkinkan) juga akan dijadikan sebagai momentum penyerahan plakat Penghargaan Filosofi Tridaya Upaya Karsa yang diberikan pada beliau oleh Padepokan Filosofi Yasnaya Polyana.

Ashoka (Kanan) bersama Ioanna Kuçuradi (tengah)

Mengusung tema Philosophy across Boundaries atau Filsafat Melintasi Batas, Kongres ini ditujukan agar menjadi wahana berkumpul, berpikir, berempati, dan saling memahami dengan lebih baik masa-masa yang tengah bergejolak saat ini, utamanya fokus memikirkan tantangan pada era baru setelah Pandemi Covid 19 yang melanda mayoritas belahan dunia. Para sarjana terkemuka dan para partisipan dari seluruh penjuru duinia dengan  berbagai latar belakang akan membahas masalah etika, sosial, dan spiritual yang mendesak; mereka akan menantang demarkasi disipliner yang kaku; dan mereka akan berupaya mengatasi masalah publik yang mendesak seperti ketidaksetaraan, keragaman budaya dan gender, keberlanjutan, hak, dan transformasi politik dalam skala global.

Roma dipilih bukan karena kebetulan, selain sudah menjadi ketetapan oleh Federasi Filsafat, Roma memiliki kesejarahan selama berabad-abad dalam hal gejolak pemikiran yang memberikan sumbangsih pada jalannya peradaban dunia. Seperti kata panitia penyelenggara, Emidio Spinelli, Roma sekali lagi akan berfungsi sebagai persimpangan jalan bagi beragam suara yang bermanfaat. Dengan menyambut orang-orang dari seluruh dunia, kota ini akan menyediakan panggung yang luar biasa untuk mempresentasikan dan mendiskusikan berbagai  pandangan, pendekatan unik seseorang terhadap dunia – di luar dan tanpa batas”.

Ashoka sendiri selaku pemikir dan pelaku filsafat telah menanamkan pondasi kuat tentang berpikir kritis terhadap cara pandang manusia terhadap kehidupan. Pemikirannya tentang Advokasi Filosofis bukanlah sekedar jargon semata. Hal ini ia lakoni dengan hidup di desa, di mana masih banyak tugas-tugas pencerahan yang musti dilakukan sebagai salah satu upaya turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberpihakan kepada mereka yang buta akan kebijaksanaan, ia lakukan dengan terus memberikan pencerahan melalui keilmuan di bidang filsafat dan tani. Berjibaku menggerakkan pandangan advokasi filosofis dengan mengedepankan keseimbangan antara berpengetahuan dan berpenghidupan. 

Kekagumannya pada pujangga besar Rusia, Leo Tolstoy, ia jadikan lahan pribadinya sebagai ladang pencerahan (sunlit meadow) bagi manusia desa dan generasi muda Indonesia dari tempat terpencil di lereng Gunung Slamet, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia. Keyakinan bahwa nature, villager, dan culture haruslah menjadi perjuangan yang terus dijaga keseimbangannya dalam memandang dunia dan masa depannya. Philosophy Across Boundaries ia jalankan dengan menanggalkan kehidupannya yang mapan untuk hidup di tengah-tengah kehidupan manusia yang harus terus menerus diupayakan agar berpencerahan.

Selama delapan hari ke depan, Ashoka dan Jordan akan bercengkerama dengan berbagai pemikiran, bergelut dengan banyak ide-ide besar dari pandangan unik manusia lintas batas terhadap kehidupan dunia yang lebih komplek. Kita mengharap dari partisipasi dalam Kongres kali ini akan terjalin hubungan pencerahan antar manusia dari segala bangsa di penjuru dunia untuk menelurkan gagasan yang visioner demi kebaikan Indonesia dan seluruh rakyatnya, hari ini dan kedepannya. Selamat berkongres, selamat menyelami kota Roma yang penuh dengan kekayaan budaya dan pemikirannya. /sen