Renungan Literasi; Buka Buku-Buka Puasa

Buka Buku, Buku Puasa dan Renungan Literasi yang diinisiasi Padepokan Filosofi sebagai kegiatan menyambut buka puasa tahun ini mampu mempertemukan berbagai komunitas, pegiat sosial serta petani muda di sekitar Purwokerto dan Purbalingga. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 23 Maret 2024 mengupayakan agar literasi tidak dimaknai sebagai sebuah gerakan membaca yang hanya memenuhi kebutuhan psikologis para pembaca buku. Lebih jauh dari itu membaca harus mampu membawa para pembacanya untuk mulai berpikir dan berbuat guna memberikan impact terhadap kondisi sosial dan lingkungannya.

Katua Panitia Kegiatan (Warseno) memberikan sambutan pembukaan dan menyampaikan beberapa gagasan literasi

Hal tersebut diungkapkan oleh ketua panitia Sdr. Warseno dihadapan para komunitas bahwa membaca adalah hal baik, namun membuat perubahan positif setelah membaca buku untuk lingkungan adalah langkah maju yang musti diajarkan kepada generasi muda. Sebagai seorang petani dan juga pegiat di Padepokan Filosofi ia menambahkan bahwa setiap orang hendaknya mampu untuk mendayagunakan potensinya meski dalam keterbatasan. Hal ini ia ungkapkan dihadapan anak-anak Panti Asuhan Siti Djamilah, Purbalingga asuhan Ibu Evi Subekti dan Juga Bapak Ghofir yang turut hadir dalam kegiatan ini.

Persembahan berupa tarian modern, story telling, dan juga pengenalan program dari anak-anak Panti menjadi pembuka kegiatan yang dilakukan di tengah-tengah alam organik Padepokan Filosofi Yasnaya Polyana. Suasana pun kembali bersemangat saat kegiatan yang juga dihadiri beberapa penulis-penulis muda ini disuguhkan karya-karya tulis yang telah dibukukan oleh anak-anak muda yang kurang beruntung dari sisi ekonomi dan Pendidikan. Dalam kegiatan ini diperkenalkan beberapa buku diantaranya Buku Penghargaan Filosofi Tridaya Upaya Karsa Padepokan Filosofi, Perjuangan Pena, Ngenger Tani, Kumpulan Cerita Anak-Anak Vol 1 dan 2, Kumpulan Puisi, Buku Mempelajari Silsilah Api karya dosen muda UMP.

Renungan Literasi yang dipandu Yodya Prasodja dan Seno menjadi acara puncak kegiatan ini. Para pegiat komunitas ini pun saling gayung bersambut dalam renungan yang didesain dengan dialog dan perkenalan komunitas serta beragam aktivitas maupun karya-karya mereka. Ibu Evi selaku murid Padepokan yang kini telah berkiprah mendidik anak-anak Panti membenarkan bahwa literasi harus tetap menyala meski dalam keterbatan. Karena anak-anak muda khususnya perempuan harus berdaya dan mampu menjadi problem solver bagi diri dan lingkungannya. Beberapa anak didiknya pun mengirimkan video singkat tentang perjalanan kehidupan dan akademik mereka yang kini mereka tengah study lanjut maupun tengah menyelesaikan skripsi dan penelitian. Teguh seorang pegiat sekolah disabilitas sekaligus petani rela untuk meninggalkan gajinya yang besar di perusahaan tempat dulu ia bekerja untuk memberikan dampak bagi masyarakatnya khususnya anak-anak berkebutuhan khusus. Komunitas Mlampah Sareng Purwokerto juga turut meramaikan kegiatan ini, literasi yang mereka jalankan dengan melakukan kunjungan berjalan kaki telah menjadi gerakan baru di Purwokerto dalam mengeksplor literasi yang terpendam di kota ini. Perguruan Pencak Silat Merpati Putih juga turut hadir, konsentrasi dalam hal beladiri tak menyurutkan gairah mereka untuk tetap mendalami literasi. Begitu pula bagi anak-anak pegiat di LPK Bahasa Korea, meski mereka belajar Bahasa untuk bekerja, namun semangat untuk belajar dalam dunia literasi sangat besar dalam diri mereka. Tentu saja sebagai persiapan mereka juga dalam mengenal kebudayaan bangsa lain.

Pembacaan Puisi oleh Dosen Muda UMP

Banyak literasi yang masih jarang di dengar oleh anak muda masa kini, salah satunya adalah kutipan dari serat Wedhotomo yang dibawakan oleh Deskart Sotyo Jatmiko yang hadir juga untuk memberikan motivasi membaca bagi generasi. Bagi seorang Deskart membaca membuat manusia menjadi toleran, dan menjadikan ora gampang padu (tidak mudah bertengkar). Sekolah Tinggi Teologi Soteria juga turut hadir menyemarakkan kegiatan ini dan pastinya sebagai wujud dari keberagaman dan membuka ruang demokrasi yang sedari awal diupayakan oleh Padepokan ini, bahwa Filsafat bukan monopoli segelintir manusia.

Kegiatan berbuka dengan menu-menu organik yang sebagian besar dari hasil pertanian Padepokan Filosofi dan Pondok Taninya menjadi saat yang dinanti-nanti semua yang hadir dalam forum yang hangat itu. Ashoka Siahaan selaku pendiri Padepokan memberikan wejangan penutup dan nilai literasi yang harus dipedomani oleh seorang penulis. Ia mengatakan bahwa menulis itu harus memperjuangakan apa yang ia tulis, menghidupkan yang ia tulis. Jangan sampai seorang penulis menjadi ternama dengan karyanya namun isi yang ia tulis tidak berkembang dan bahkan punah. Ashoka melanjutkan dalam acara ini juga sekaligus soft launching Wisma Literasi Acarya Aksara sekaligus menjadi CoWorking Space bagi para pegiat komunitas dengan tetap saling berkontribusi positif dan sinergi dalam berbagai program khususnya literasi.